Ternyata tidak semua emosi yang terpancarkan di wajah kita dapat dimengerti oleh semua orang
lho?
Mungkin sebagian berpikir “emangnya kagak liat apa? wajah gue udah manyun kayak gini tapi kagak ngeh juga?”
atau
“Ya ampun, aku kan udah pasang senyum manis kayak gini!”
Yah… memang bisa terjadi kok
Dari buku yang baru saya baca, ternyata…
orang dewasa-tua mempunyai kemampuan yang lebih buruk daripada orang dewasa-muda dalam mengenali ekspresi wajah negatif—ketakutan atau rasa muak, misalnya. Penemuan ini memberikan dukungan pada hipotesis penuaan-belahan kanan—sehingga, saat kita menua, belahan kanan cenderung menurun lebih cepat daripada yang kiri. Barangkali, itulah sebabnya kemampuan-kemampuan otak kiri tertentu yang “terkristal” seperti ukuran kosakata tidak menurun secepat itu ketika kita semakin tua, jika dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan otak-kanan tertentu yang “cair”, seperti penalaran spasial abstrak dan pengenalan wajah. Dalam sebuah kajian mutakhir, orang dewasa muda dan tua diminta untuk menunjuk foto-foto wajah untuk mengelompokkan emosi (“Bahagia”, “Ketakutan”, dan sebagainya). Subjek yang lebih tua menunjukkan kemampuan jauh lebih buruk daripada yang muda dalam mengenali ekspresi negatif, tetapi yang muda menunjukkan kemampuan jauh lebih buruk dalam mengenali wajah bahagia.
(Dicuplik dari buku “Cara Baru Mengasah Otak dengan Asyik” yang ditulis oleh David Gamon, Ph.D. dan Allen Bragdon yang telah disulih bahasakan)
Wah wah… tapi sebagai orang psikologi, tentunya harus peka terhadap berbagai emosi yang terlihat dari ekspresi ataupun gerak tubuh lainnya. Yup, harus terus belajar setiap hari.
Tiada hari tanpa belajar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar