Bentuk Kepemimpinan Non Teknis Versi Romailprincipe…!
Juni 19, 2009 — romailprincipeAspek Non Teknis, merupakan hal yang sangat sering terlupakan oleh saya ketika berada dalam garis depan sebuah sistem (atau organisasi). Ketika kepala disibukkan hal-hal teknis yang mendetail dan mendalam, sering sekali banyak hal terlewatkan dan sulit meraih hasil optimum dari kegiatan yang saya organize.. Pengalaman menunjukkan ketika saya melewatkan sebagian waktu memimpin dengan faktor non teknis (semasa di kampus) hasil yang diraih sangat optimal sebaliknya saat merepotkan diri dengan hal-hal teknis maka saya kehilangan banyak hal. Atas dasar itu saya sering memikir-mikirkan hal-hal seputar kepemimpinan non teknis yang bisa meraih hasil baik secara keseluruhan…
Patut disadari betapapun banyak buku yang dilalap, sebagian besar dipastikan sulit menerapkannya, namun bacan itu memperkaya wawasan berpikir dan membuat nyaman dalam menemukan gaya kepemimpinan. Kaitannya dengan kepemimpinan non teknis, secara natural saya menyadari banyak dipengaruhi buku dan kegiatan perkuliahan yang saya ikuti. Semisal gaya memulai dari hal-hal terkecil dalam suatu kegiatan adalah implementasi dari perbaikan terus menerus ala Jepang, gaya menampilkan pencapaian dalam grafik dan tabel adalah visualisasi dari statistical process control, mengadakan analisa mendalam mengenai faktor eksternal dan internal merupakan bawaan dari Analisa SWOT dan Teori Perang Tsun Zu.. Jadi dalam membentuk kepemimpinan non teknis, banyak faktor dipengaruhi oleh wawasan dan buku yang dibaca.
Berikut beberapa hal kepemimpinan Non Teknis :
- Jangan lupakan Personal. Sisi personal adalah sisi penting dalam bekerja sama. mengutamakan pendekatan yang personal, duduk bersama dan membicarakan hal-hal pribadi akan menjadi pintu masuk pembuka untuk menyelesaikan masalah dan pekerjaan. Contoh nyata, berbicara di kedai kopi kecil dan membicarakan tentang keluarga rekan kerja akan mendekatkan sisi personal dengan rekan kerja kita.
- Mengkritik pada tempat yang tepat, Mengkritik seluruh pekerjaan anak buah dan memalukan mereka bagi beberapa orang bisa saja cara yang efektif untuk memotivasi. Tapi apakah itu benar-benar efektif?Saya memilih mengkritik pada saat yang tepat dan melihat karakter orang yang dikritik. Contoh riil adalah mengkritik di meja kerja, saat berdua saja dengan rekan kerja, dan mencari solusinya bersama.
- Melakukan kontrol dengan menawarkan bantuan, semisal berkata “gimana pak mengenai pekerjaan A?”, “kesulitannya diman?”..”Ayo, kita briefing nanti dengan anak-anak..”.. Sembari menawarkan bantuan, orang yang kita pimpin akan merasakan empati yang luar biasa dan melakukan effort yang berbeda. Menurut pengalaman saya, cara ini lebih efektif dibanding memanggil dan memarah-marahi. Ada kalanya panggilan dan penegasan di meja sangat perlu dilakukan, tetapi energi yang dikeluarkan sangat besar.
- Mengajak Olahraga bersama, banyak sekali jenis olahraga bersama. Selain bermanfaat untuk kesehatan, olahraga dapat mengetahui watak asli rekan2 kerja dan menjadi ajang pendekatan personal yang efektif.
- Mengetahui kebutuhan anak buah dan mencoba memenuhinya, suatu ketika ada rekan kerja saya yang sulit dihubungi, karena handphone nya rusak dan satu-satunya handphone yang bisa dipakai adalah handphone sang istri. tentunya ia tidak bisa berkomunikasi dengan efektif, saya teringat juga ada hp saya yang sudah usang namun masih lumayan lancar untuk sms dan menelpon (kala itu sayang menjual karena harganya sangat rendah), saya menawarkan meminjamkan hp itu sampai dia tidak membutuhkan lagi. Harga HP nya mungkin tidak seberapa, tetapi faktor perhatian dan kerelaan hati akan mempererat hubungan dan tentunya rekan kerja kita diharap lebih efektif lagi dalam bekerja.
Begitu, sedikit dari bentuk-bentuk kepemimpinan non tekni yang mungkin pernah saya praktekkan. Kebetulan sering saya lihat banyak atasan-atasan saya melupakan hal-hal seperti itu. Terlalu sibuk menekan-menekan dan menekan, hasil, hasil dan hasil…tentunya harus diseimbangkan bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar